Rabu, 06 Januari 2016

Penyakit Kulit Skabies

A.   Pengertian Skabies



    Penyakit kulit yang disebabkan oleh infestasi dan sensitasi terhadap yang sarcoptes scabiei, varian hominis (sejenis kutu, tungau) dan ditularkan melalui kontak langsung atau tidak langsung. Scabies merupakan penyakit yang tidak pandang bulu, bisa terjadi pada siapa saja walaupun orang tersebut selalu menjaga kebersihan diri dan lingkungannya. Skabies adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh tungau (mite) sarcopter scabiei yang dicirika Adanya keropeng, kebotakan dan kegatalan pada kulit. Tungau ini hidup dengan menjadikan manusia sebagai inangnya dan bersifat menular.  Dalam bahasa Indonesia sering disebut sebagai penyakit “kudis” atau “gudig”. Parasit ini biasanya membuat terowongan di bawah kulit manusia sehingga orang yang terinfeksi parasit ini akan merasa gatal-gatal. Saat digaruk, parasit akan merasa terganggu dan mencoba berpindah tempat dengan membuat terowongan baru. Penyakit kudis ini salah satu penyakit kulit yang memalukan karena penyakit kudis merupakan  penyakit yang semestinya tidak perlu anda derita jika anda mengetahui tentang kesehatan pribadi dan lingkungan.
      Infeksi parasit pada kulit yang disebabkan oleh kutu, penetrasi pada kulit terlihat jelas berbentuk papula, vesikula atau berupa saluran kecil berjejer, berisi kutu dan telurnya. Lesi kebanyakan terjadi disekitar jari, sekitar pergelangan tangan dan siku ketiak, pinggang, paha dan bagian luar genital pada pria; puting susu, daerah perut, dan bagian bawah pantat adalah daerah yang paling sering terkena pada wanita. Pada bayi mungkin menyerang daerah leher, telapak tangan, telapak kaki, daerah-daerah tersebut biasanya tidak terkena pada orang yang lebih tua. Gatal hebat terjadi terutama pada malam hari, tetapi komplikasi terbatas hanya terjadi pada luka akibat garukan. Pada orang yang mengalami penurunan kekebalan dan pada pasien lanjutsia gejala sering muncul sebagai dermatitis yang lebih luas dan saluran/terowongan yang terbentuk, bersisik dan kadang-kadang terjadi vesikulasi dan pembentukan krusta (Norwegian scabies); rasa gatal mungkin berkurang atau hilang. Jika dapat terjadi komplikasi dengan kuman β hemolytic streptococcus, bisa terjadi glomerulonefritis akut. Diagnosa dapat ditegakkan dengan ditemukannya kutu melalui pemeriksaan dengan mikroskop yang diambil dari saluran atau terowongan pada lesi kulit. Hati-hati sewaktu memilih lesi kulit untuk diambil spesimennya, pilihlah lesi yang belum pernah digaruk. Pemberian minyak mineral akan memudahkan pengambilan spesimen untuk pemerikasaan mikroskopis. Spesimen diperiksa dibawah mikroskop setelah ditutup denngan dek glass. 

B.      Morfologi Sarcoptes Scabiei


Sarcoptes scabiei termasuk famili sarcoptidae dari kelas Arachnida, berbentuk lonjong, punggungnya cembung, dan bagian perutnya rata.  Besar tungau ini sangat bervariasi, yang betina berukuran kira-kira 0,4 mm x 0,3 mm sedangkan yang jantan ukurannya lebih kecil 0,2 mm x 0,15 mm. Tungau ini ini translusen dan bewarna putih kotor, pada bagian dorsal terdapat bulu-bulu dan duri serta mempunyai 4 pasang kaki, bagian anterior 2 pasang sebagai alat untuk melekat sedangkan 2 pasang sebagi alat untuk melekat sedangkan 2 pasang kaki terakhir pada betina berakhir dengan rambut. Pada yang jantan pasangan kaki yang ketiga berakhir dengan rambut dan yang keempat berakhir dengan alat perekat.

C.      Cara Penularan

Secara umum, cara penularan scabies dibagi menjadi 2 yang didalamnya dapat dibagi-bagi lagi, yaitu:
1.      Penularan kontak langsung yaitu: penularan yang terjadi akibat kontak langsung antara penderita scabies dengan orang sehat seperti melalui: hubungan seksual antara penderita dengan orang sehat, kontak dengan hewan pembawa tungau seperti anjing, babi, kambing, dan biri-biri, dan faktor fasilitas umum yang dipakai secara bersama-sama dengan lingkungan padat penduduk, tidur bersama, dan berjabat tangan.
2.      Penularan tanpa kontak langsung yaitu: penularan yang terjadi melalui kontak tidak langsung antara penderita dengan orang sehat seperti: penggunaan handuk secara bergantian, penggunaan pakaian dan tempat tidur, sprei, dan bantal secara bersamaan.

D.     Siklus Hidup

     Tungau betina setelah dibuahi mencari lokasi yang tepat di permukaan kulit untuk kemudian membentuk terowongan, dengan kecepatan 0,5 mm – 5 mm per hari. Terowongan pada kulit dapat sampai ke perbatasan stratum korneum dan stratum granulosum. Di dalam terowongan ini tungau betina akan tinggal selama hidupnya yaitu kurang lebih 30 hari dan bertelur sebanyak 2-3 butir telur sehari.
     Telur akan menetas setelah 3-4 hari menjadi larva yang akan keluar ke permukaan kulit untuk kemudian masuk kulit lagi dengan menggali terowongan biasanya sekitar folikel rambut untuk melindungi dirinya dan mendapat makanan. Setelah beberapa hari, menjadi bentuk dewasa melalui bentuk nimfa. Waktu yang diperlukan dari telur hingga bentuk dewasa sekitar 10-14 hari. Tungau jantan mempunyai masa hidup yang lebih pendek dari pada tungau betina, dan mempunyai peran yang kecil pada patogenesis penyakit. Biasanya hanya hidup dipermukaan kulit dan akan mati setelah membuahi tungau betina.

 E.      Patogenesis
Kelainan kulit dapat disebabkan tidak hanya oleh tungau scabies, tetapi juga oleh penderita sendiri akibat garukan. Gatal yang terjadi disebabkan oleh sensitasi terhadap skreta dan eksreta tungau yang memerlukan waktu kira-kira sebulan setelah infestasi. Pada saat itu kelainan kulit menyerupai dermatitis dengan ditemukannya papul, vasikel, urtika, dan lain-lain. Dengan garukan dapat timbul erosi, ekskrosi, krusta, infeksi sekunder. Masa inkubasi skabies bervariasi, ada yang beberapa minggu bahkan berbulan-bulan tanpa menunjukkan gejala. Menunjukkan gejala dimulai 2-4 minggu setelah penyakit dimulai dari orang yang sebelumnya pernah menderita scabies maka gejala akan muncul 1 sampai 4 hari setelah infeksi ulang.




F.       Masa inkubasi
Masa inkubasi berlangsung 2 sampai 6 minggu sebelum serangan gatal muncul pada orang yang sebelumnya belum pernah terpajan. Orang yang sebelumnya pernah menderita scabies maka gejala akan muncul 1 – 4 hari setelah infeksi ulang.

G.     Gambaran Klinik




Gejala dan tanda penyakit scabies dapat terllihat tumor (adanya benjolan- benjolan atau lepuhan kecil di permukaan kulit), dolor (adanya rasa nyeri), gatal, rubor (kemerahan di area yang terinfeksi).
4  Tanda Kardinal, yaitu:
1.         Adanya terowongan yang sedikit meninggi, berbentuk garis lurus atau berkelok-kelok, panjangnya beberapa mili meter sampai 1 cm, dan pada ujungnya tampak vesikula, papula, atau pustula.
2.         Tempat predileksi yang khas adalah sela jari, pergelangan tangan bagian vola, siku, lipat ketiak bagian depan, areolamammae, sekitar umbilikus, abdomen bagian bawah, genetalia eksterna pria. Pada orang dewasa jarang terdapat di muka dan kepala, kecuali pada penderita imunosupresif, sedangkan pada bayi, lesi dapat terjadi diseluruh permukaan kulit.
3.         Penyakit ini menyerang manusia secara berkelompok, misalnya dalam sebuah keluarga biasanya seluruh anggota keluarga terkena infeksi. Begitu pula dalam sebuah perkampungan yang padat penduduknya, sebagian besar tetangga yang berdekatan akan diserang oleh tungau tersebut. Dikenal keadaan hiposensitasasi yang seluruh anggota keluarganya terkena. Walaupun mengalami infestasi tungau, tetapi tidak memberikan gejala. Penderita ini bersifat sebagai pembawa (carrier).
4.         Adanya gatal hebat pada malam hari. Bila lebih dari satu anggota keluarga menderita gatal, harus dicurigai adanya skabies. Gatal pada malam hari disebabkan oleh temperature tubuh menjadi lebih tinggi sehingga akivitas kutu meningkat.

H.     Cara Pemberantasan
Terdapat dua cara pemberantasan yaitu pencegahan, Pengawasan penderita, kontak dan lingkungan sekitarnya, Penanggulangan wabah penyakit scabies dapat dilakukan dengan :
1.      Cara Pencegahan
Melakukan penyuluhan kepada masyarakat dan komunitas tentang cara penularan, diagnosa dini dan cara pengobatan scabies. Atau dengan cara :
a.      Sanitasi
Sangat diperlakukan untuk menghilangkan atau mengawasi faktor-faktor lingkungan yang merupakan perantara pemindahan penyakit. Persyarat mutlak bagi terciptanya kesehatan dasar ialah persediaan makanaan yang cukup. Menurut beberapa taksiranbeban penyakit menular sedunia akan berkurang 80% jika setiap orang bisa mendapat air bersih dan menggunakan dengan baik demi sanitasi yang tepat. Penyediaan air bersih sangat penting karena air yang tidak memenuhi syarat kesehatan dapat menjadi perantara dalam penularan scabies.
a.      Mandi
Penyakit scabies juga disebabkan oleh kekurangan air bersih karena air lingkungan sudah tercemar. Kebiasaan membersihkan diri (mandi) yang bersih menggunakan air yang bersih merupakan cara terbaik untuk menghindari penyakit scabies (Wardhana,2004).
b.      Penyuluhan
Lakukan penyuluhan pada masyarakat dan komunitas kesehatan tentang cara penularan, diagnosis dini dan cara pengobatan penderita scabies dan orang-orang yang kontak (Aisah, 2007).
c.       Pengobatan
Semua keluarga yang berkontak dengan penderita harus diobati termasuk pasangan seksnya (Harahap, 2000).beban penyakit menular sedunia akan berkurang 80% jika setiap orang bisa mendapat air bersih dan menggunakan dengan baik demi sanitasi yang tepat. Penyediaan air bersih sangat penting karena air yang tidak memenuhi syarat kesehatan dapat menjadi perantara dalam penularan scabies.
2.      Pengawasan penderita, kontak dan lingkungan sekitarnya.
a.      Laporan kepada Dinas Kesehatan setempat: Laporan resmi tidak dilakukan, kelas 5 (lihat tentang laporan penyakit menular).
b.      Isolasi: Siswa sekolah atau pekerja yang terinfeksi dilarang masuk ke sekolah dan pekerja sampai dilakukan pengobatan. Penderita yang dirawat di Rumah Sakit diisolasi sampai dengan 24 jam setelah dilakukan pengobatan yang efektif.
c.       Disinfeksi serentak: Pakaian dalam dan sprei yang digunakan oleh penderita dalam 48 jam pertama sebelum pengobatan dicuci dengan menggunakan sistem pemanasan pada proses pencucian dan pengeringan, hal ini membunuh kutu dan telur. Tindakan ini tidak dibutuhkan pada infestasi yang berat. Mencuci sprei, sarung bantal dan pakaian pada penderita Norwegian scabies sangat penting karena potensi untuk menularkan sangat tinggi.
d.      Karantina: Tidak diperlukan.
e.      Immunisasi kontak: tidak ada.
f.        Penyelidikan terhadap penderita kontak dan sumber penularan: Temukan penderita yang tidak dilaporkan dan tidak terdeteksi diantara teman dan anggota keluarga; penderita tunggal dalam satu keluarga jarang ditemukan. Berikan pengobatan profilaktik kepada mereka yang kontak kulit ke kulit dengan penderita (anggota keluarga dan kontak seksual).
g.      Pengobatan spesifik: Pengobatan pada anak-anak adalah dengan permetrin 5%. Alternatif pengobatan menggunakan gamma benzena hexachloride 1% (lindane dan Kwell® obat ini kontra indikasi untuk bayi yang lahir premature dan pemberiannya harus hati-hati kepada bayi yang berumur < 1 tahun serta ibu yang sedang hamil); Crotamiton (Eurax ®); Tetraethylthiuram monosulfide (Tetmosol®, tidak tersedia di AS) dalam 5% larutan diberikan 2 kali sehari; atau menggunakan emulsi benzyl benzoate untuk seluruh badan kecuali kepala dan leher. (Rincian pengobatan bervariasi tergantung dari jenis obat yang digunakan). Pada hari berikutnya setelah pengobatan mandi berendam untuk membersihkan badan, baju dan sprei diganti dengan yang bersih. Rasa gatal mungkin akan tetap ada selama 1 sampai 2 minggu; hal ini jangan dianggap bahwa pengobatan tersebut gagal atau telah terjadi reinfeksi. Pengobatan berlebihan sering terjadi, untuk itu harus dihindari karena dapat menyebabkan keracunan terhadap obat tersebut terutama gamma benzena hexachloride. Sekitar 5% kasus, perlu pengobatan ulang dengan interval 7 – 10 hari jika telur bertahan dengan pengobatan pertama. Lakukkan supervisi ketat terhadap pengobatan, begitu juga mandi yang bersih adalah penting.

3.      Penanggulangan wabah
a.       Berikan pengobatan dan penyuluhan kepada penderita dan orang yang berisiko. Kadangkala diperlukan kerjasama masyarakat dengan otoritas militer.
b.      Pengobatan dilakukan secara massal.
c.       Penemuan kasus dilakukan secara serentak baik didalam keluarga, didalam unit atau institusi militer, jika memungkinkan penderita dipindahkan.

d.      Sediakan sabun, sarana pemandian, dan pencucian umum. Sabun Tetmosol jika ada sangat membantu dalam pencegahan infeksi.







DAFTAR PUSTAKA
Dwi Loetfia. 2007. Asuhan Keperawatan Klien  Gangguan Sistem Integumen. Jakarta: EGC.
MD,Gibson. 1996. Mikrobiologi dan patologi Modern. Jakarta: EGC.


1 komentar:

  1. Casino in Dallas, Texas - DrMCD
    Casino is the place to start! 충청북도 출장마사지 Explore 청주 출장안마 our new place of fun. Our slots range from 세종특별자치 출장샵 high-tech slots to top-notch 하남 출장샵 casino 천안 출장샵 games! Play at the best place to play!

    BalasHapus